Relawan Longsor

Pagi yang sejuk nan menyegarkan membuat sepihan-serpihan embun yang menutupi sebagian pemandangan alam. Arif membuka pintu rumah yang yang terbuat dari kayu yang terukir rapi.
“Selamat pagi mas Arif” sapa mbak runi yang lewat depan rumahnya.
“Pagi mbak”
“Tumben kok gak kuliah mas” Tanya mbak runi dengan sedikit heran.
“Sekarangkan minggu mbak”
“O…iya” sahut Runi dengan sedikit malu
“Ya udah ya mas, saya mau olahraga dulu”
“Mari mas” kata Runi sambil tersenyum. Namun Arif seolah tak menghiraukan sapaannya. Ia langsung masuk kedalam rumah . “Enaknya liburan enaknya liburan nonton televisi ah…”.Ucap Arif sambil memasang wajah malasnya yang terlihat memelas. “Telah terjadi longsor di kawasan selatan bukit loreng, dan tak menelan korban sedikitpun tetapi sebagaian orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun kira-kira kerusakan hampir mencapai sekitar 100 juta lebih”.
“Aduh…aduh… ko’ Indonesia jadi hancur gini ya”.Ucap Arif sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal.lalu Arif menelfon Rofi seorang teman yang paling dekat dengannya. Setelah itu Arif pergi ketempat korban longsor. Sesampai disana, Arif meihat pemandangan yang tidak sama sekali mengenakkan mata.
“Rif…Rif …” panggil Rofi setelah meletakkan helmnya di atas kaca sepion.
“Gimana Rif apa ada yang terluka “. Tanya Rofi dengan nada sedikit khawatir.
“Ada, tapi sebagian lukaringan dan sebagian lagi luka berat “
Duapuluh menit berlalu, tiba-tiba truk pengangkut ekskavator datang untuk mengangkut reruntuhan bangunan dan warga sekitar juga membantu membersihkan reruntuhan rumah dan meratakan tanah yang berceceran di kampung itu, Arif dan Rofi juga ikut membantu,mengangkat potongan-potongan kayu yang berserakan terbawa lumpur. Sesaat kemudian datang beberapa wartawan dari luar dan mengomentari korban banjir. Sementara itu Arif membersihkan sisa-sisa potongan kayu dan meratakan bagian-bagian tanahnya.
Setelah itu Arif melaporkan kejadian itu pada pak lurah.
Sesampai di rumah pak lurah,Arif mengetuk pintu,pintu yang disertai dengan hiasan lukisan alam,”Tok..tok..tok..,Assalamualaikum”.
Terdengar dari dalam,suara jawaban salam.
”Waalaikumsalam”. Arin membukakan pintu untuk Arif dan Rofi.
Arif ternganga setelah melihat seorang gadis yang berjubah putih beserta cadar yang melintang di bawah dua mata yang jernih nan indah.
“Eh… mas Arif ya,cari siapa mas?”,Tanya Arin sambil merunduk malu.
“Pak lurahnya ada?”,Tanya Arif dengan sopan.
“Ada mas, monggo silahkan masuk”
Arin mempersilahkan masuk Arif dan Rofi. Sesaat mereka menunggu, pak lurah datang dengan wajah kebingungan.
“Ada apa pak lurah, ko’ wajahnya lesu begitu” Tanya Arif heran.
“Saya bingung nak arif atas kejadian longsor yang menimpa kampung kita ini”.
“Ko’ bingung to pak kan gak ada yang meninggal” jawab Arif dengan nada pelan.
“Tapi saya kasihan, melihat saudara-saudara kita terterluka dan terlantar”
“Gini saja pak, kita buat tenda darurat terlebih dahulu, sisanya minta bantuan pak bupati saja” usul Arif dengan wajah sedikit serius.
“Baiklah, kita sekarang mampir ketempat korban longsor dulu “.
Sesampai di daerah longsor, pak lurah melihat beberapa warga mengeluh kelaparan. Pak lurah tak tega rasanya melihat dan mendengar keluhan para warga . Ia langsung pergi tanpa mengatakan kata –kata sedikitpun.
Keesokan harinya pak lurah mengadakan rapat. Dalam rapat Arif mengajukan pendapat .
“Pak lurah gimana kalau kita semua mengadakan System Tanam 5000 pohon di daerah longsor kemarin”. Semua anggota berpendapat setuju atas prinsip Arif.
“Pikiran positif yang bagus nak Arif”. Kata pak lurah sambil tersenyum
mempercayainya. Setelah rapat pak lurah mengumumkan kepada penduduk sekitar. seluruh warga menyiapkan pohon yang akan siap di tanam.
Dan segera menuju lokasi longsor. Mereka menanam seluruh pohon yang mereka bawa, satu jam berlalu. “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga” kata Arif dengan hati lega. Lalu mereka pulang dengan hati yang ber harap semoga tidak ada bencana lagi, dan menunggu hasil pohonnya tahun depan.
Setahun telah berlalu,Arif mendatangi daerah yang terkena longsor waktu itu. “Subhanallah” Allah benar-benar memberi yang terbaik untuk mahluknya” ucap Arif dengan wajah kagum. Kata-kata yang keluar dari mulut Arif terdengar merdu di telinga para burung-burung yang berterbangan serta membuat para burung-burung menyanyi riang.”Subhanallah, mahasuci Allah atas segala nikmatnya”.kata-kata itu berulang-ulang keluar dari mulut Arif.
“Semoga setelah kejadian ini tidak ada kejadian yang aneh-aneh lagi , amin ya rabbal alamin” Arif berdo’a dengan serius dan sungguh-sungguh sehingga ia tak kuasa menahan rasa tangis yang membayang-ayanginya . Ia ter ingat atas kejadian yang menimpa keluarganya lima tahun lalu. tapi ia berusaha melupakan kejadian itu.
“Assalamualaikum mas Arif……”.
Suara nyaring tapi lembut menembus telingaku.seakan datang malaikat maut menghampiriku seperti ingin mencabut nyawaku dengan lembut.tak salah lagi,ia pasti seorang gadis yang dulu berada di rumah pak lurah.
“Waalaikumsalam” jawab Arif dengan suara parau. Ia membalikkan badan.
“Eh… Arin ya, ngapain Rin” tanya Arif degan heran.
“Enggak mas Cuma jalan-jalan saja” jawab Arin dengan suara pelan. mereka ber bicara dengan jarak sekitar 3 meter, karena mereka bukan termasuk muhrimnya.
Tak lama kemudian Arif mengatakan sesuatu pada Arin.
“Rin apakah kamu mau menjadi saksi perkataan ku ini dihadapan allah kelak”
“Insyaallah mas Arif, emangnya mas Arif mau mengatakan apa di hadapan Allah kelak”
“Aku akan ber janji aku akan menjadi kholifah masa depan untuk umat Islam ini” ucap Arif, dan dengan menggenggam tangannya erat-erat serta meletakkannya di depan dada sebelah kirinya.
“InsyaAllah saya do’a kan mas semoga mas Arif menjadi kholifah suatu saat nanti”
“Amin….”kata Arif singkat.
“Dan mulai sekarang aku akan memulai hidup yang baru, dengan kekuatan yang baru serta mental yang baru yng tak akan musnah sedikitpun” ujarnya dengan penuh semangat.
Arif percaya bahwa dirinya kelak akan menjadi kholifah yang menuntun islam di jalan yang benar.
First
0 Komentar